LATAR BELAKANG PERTEMPURAN SURABAYA


Latar belakang pertempuran Surabaya
Peristiwa pertempuran pada tanggal 10 November 1945 di Surabaya sebenarnya merupakan dampak yang dipicu oleh peristiwa-peristiwa sebelumnya mulai dari kedatangan pasukan Jepang di Indonesia pada tanggal 1 maret 1942 yang kemudian melahirkan perjanjian kalijati antara Jepang dan Belanda. Namun hal utama yang menjadi latar belakang pertempuran Surabaya adalah pengibaran bendera Belanda di hotel Yamato pada tanggal 18 September 1945.

Dahulu kala, di lautan nan luas (tepatnya di Laut Jawa), hiduplah 2 hewan buas yang sama-sama angkuh dan tak mau kalah. Kedua hewan tersebut adalah ikan hiu sura dan seekor buaya. Karena tinggal berdampingan, dua hewan tersebut sering berselisih dan berkelahi ketika memperebutkan makanan. Karena sama-sama kuat, tangkas, ganas, dan sama-sama cerdik, perkelahianpun terus berlangsung karena tidak ada yang bisa menang dan tidak ada yang bisa kalah. Pada akhirnya, kedua hewan tersebut merasa bosan dan lelah jika harus terus berkelahi. Menyadari hal itu keduanya kemudian sepakat mengadakan perjanjian tentang pembagian area kekuasaan.


KRI Pasopati 410, kapal selam ALRI, di Monumen Kapal Selam Surabaya.
Monumen Kapal Selam, atau disingkat Monkasel, adalah sebuah museum kapal selam yang terdapat di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Terletak di pusat kota, monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.
Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film, di mana ditampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika ingin mengunjungi tempat wisata ini, maka akan ditemani oleh seorang pemandu lokal yang terdapat di sana
Ada cerita unik di balik hadirnya monumen Kapal Selam ini. Pada suatu malam Pak Drajat Budiyanto yang merupakan mantan KKM KRI Pasopati 410 (buatan Rusia) ini dan juga mantan KKM KRI Cakra 401 (buatan Jerman Barat), bermimpi diperintahkan oleh KSAL pada waktu itu untuk membawa kapal selam ini melayari Kali Mas. Ternyata mimpi itu menjadi kenyataan. Dia ditugaskan untuk memajang kapal selam di samping Surabaya Plaza. Caranya dengan memotong kapal selam ini menjadi beberapa bagian, kemudian diangkut ke darat, dan dirangkai dan disambung kembali menjadi kapal selam yang utuh.

Tugu Pahlawan adalah sebuah monumen yang menjadi markah tanah Kota Surabaya. Tinggi monumen ini adalah 41,15 meter dan berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh Rakyat Indonesia. Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, di mana arek-arek Suroboyo berjuang melawan pasukan Sekutu bersama Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 November mengenang peristiwa pada tahun 1945 ketika banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan.[1][2][3]

Sejarah Tugu Pahlawan

Sejarah Berdirinya Tugu Pahlawan Surabaya dipelopori oleh kejadian bersejarah yang terjadi pada tanggal 10 november 1945. Memangnya apa hubungan Tugu pahlawan dengan perjuangan bangsa Indonesia? Waktu itu, Belanda yang tidak mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara yang sudah merdeka telah mengibarkan bendera Belanda di Hotel Yamato. Namun, ada sebagian pemuda Indonesia naik ke atas hotel tersebut and merobek warna biru bendera Belanda.
Setelah insiden tersebut, disusul dengan memuncaknya pertempuran antara rakyat Indonesia dan Inggris akibat sebuah kesalahpahaman yang mengakibatkan terbunuhnya Jendral AWS Mallaby. Pihak Inggris pun akhirnya marah kepada rakyat Indonesia sehingga Mayor Jenderal Eric Carden Mansergh mengeluarkan ultimatum 10 November 1945. Isinya adalah supaya rakyat Indonesia menyerahkan senjata dan diri dengan kedua tangan di atas.
Rakyat Indonesia merasa harga dirinya telah terinjak-injak karena ultimatum tersebut. Mereka pun menolak dengan alasan Republik Indonesia telah berdiri sendiri.  Karena penolakan tersebut, maka pada tanggal 10 November 1945, Inggris melakukan serangan berskala besar. Ia mengerahkan sekitar 30.000 infanteri berupa tank, kapal perang, pesawat terbang dan memborbardir kota Surabaya dengan meriam dari darat dan udara. Sedangkan arek-arek Surabaya melawan mereka hanya dengan senjata bambu runcing. Rakyat Indonesia tetap bersemangat melawan mereka hingga akhirnya banyak korban yang berjatuhan. Untuk mengenang para rakyat sipil dan pejuang yang telah menjadi korban pada kejadian tersebut, maka tanggal 10 november telah ditetapkan sebagai hari pahlawan. Jadi, itulah hubungan Tugu Pahlawan dengan perjuangan bangsa Indonesia.

Museum Bank Indonesia (Indonesian Museum Bank Indonesia) terletak di Surabaya, Indonesia. Museum ini secara khusus didirikan oleh Bank Indonesia dan dibuka pada tanggal 27 Januari 2012 setelah direstorasikan. Museum yang menempati gedung ini dikenal sebagai De Javasche Bank (sekarang: Bank Indonesia)sebagai Bank sentral Hindia Belanda yang bermarkas di Batavia. Setelah kemerdekaan Indonesia gedung ini terus berfungsi sebagai cabang Bank Indonesia di Surabaya hingga tahun 1973. Museum ini tutup pada hari Senin dan hari libur. Meseum ini tidak memiliki biaya masuk.[1]
Bank Indonesia Museum
Museum Bank Indonesia
Former De Javasche Bank office in Surabaya
Didirikan
January 27, 2012
Lokasi
Jl Garuda No. 1, Surabaya
Jenis
Koleksi
A collection of old currencies and display on history of banking system in Indonesia.
Pemilik


Berada di Jl. Tunjungan, Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur, merupakan sebuah bangunan tua warisan Kolonial Belanda yang dibangun pada 1877 dan ditempati toko Whiteaway Laidlaw & Co milik pengusaha asal Inggris, Robert Laidlaw. Toko tersebut menjual tekstik dan pakaian, dan kemudian berkembang menjadi toserba terbesar di wilayah Hindia Belanda.
Kemudian pada 3 Mei 2015, Walikota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan pembukaan Museum Surabaya ini. Museum ini menyimpan benda-benda bersejarah dan dibuka pada pukul 09.00-21.00 WIB. Sebelum diresmikan menjadi museum oleh Risma, gedung tempat museum ini bernama Gedung Siola, dan sangat bersejarah bagi Surabaya dan Indonesia. Gedung ini pernah digunakan oleh pejuang kemerdekaan Indonesia untuk menahan serangan sekutu dari arah utara.
Museum yang bekas dari gedung Siola sendiri berlokasi di Jalan Tunjungan, Kamu pasti akan dengan mudah menemukan Museum Surabaya yang notabene berada di gedung Siola. Di sana kamu dapat mempelajari perkembangan kota Surabaya dari jaman ke jaman sebelum kemerdekaan hingga kini.
Meskipun koleksinya bekum terlalu lengkap namun museum ini mampu menarik ratusan pengunjung setiap harinya. Dan untuk masuk ke dalamnya, Kamu tidak dipungut biaya sepeserpun alias gratis. Di depan gedung Kamu dapat melihat tulisan yang sangat besar, Tunjungan City.
Harga
Free


Jam Operasional
09.00-21.00 WIB
Kebun Binatang Surabaya (KBS) berlokasi di Surabaya Selatan adalah salah satu kebun binatang yang populer di Indonesia, terletak di Jalan Setail No. 1 Surabaya. KBS memiliki berbagai jenis binatang tropis. Selain itu terdapat pula Aquarium, karantina toxidemi dan ruang nokturama (binatang malam). KBS merupakan kebun binatang yang terbesar di Asia Tenggara. Didalamnya terdapat lebih dari 300 spesies satwa yang berbeda dan terdiri lebih dari 4300-an binatang.  Termasuk didalamnya satwa langka Indonesia maupun dunia yang terdiri dari Mamalia, Aves, Reptilia, Pisces.
KBS merupakan tempat wisata yang menarik karena faktor letaknya yang berada di tengah-tengah kota Surabaya, diantara kesibukan kota metropolis ternyata masih dapat kita temukan tempat berbagai macam satwa yang sebagian besar biasanya hidup di alam bebas, hal ini dapat menjadi semacam tolak ukur bagi manusia untuk tetap menjaga keseimbangan alam dalam melestarikan satwa dan juga bagi anak-anak kecil.
Mengunjungi KBS merupakan bagian pendidikan yang secara tidak langsung berguna untuk mengenal berbagai macam satwa yang ada supaya tertanam sejak dini perasaan mencintai seluruh alam dan isinya. Selain itu, KBS merupakan taman satwa yang artinya tempat atau wadah dengan fungsi utama konservasi ex-situ yang melakukan usaha perawatan dan penangkaran berbagai jenis satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pengembangan IPTEK serta untuk sarana rekreasi alam yang sehat.
Sasaran akhir taman satwa ini adalah : memperluas pemahaman dan apresiasi masyarakat tentang fungsi taman satwa, meningkatkan upaya kesejahteraan satwa, menciptakan kaitan antara konservasi ex-situ dengan in-situ, membentuk jaringan global antar taman satwa. Program pendidikan dan penelitian di Kebun Binatang Surabaya melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan wahana keilmuan bagi masyarakat dan merupakan laboratorium hidup untuk lebih mencintai dan menghargai flora dan fauna sebagai kekayaan alam milik kita bersama.
Selama ini pada hari minggu atau hari-hari libur lainnya, KBS selalu dipenuhi pengunjung yang datang dari berbagai daerah, kota, bahkan turis mancanegara.  Kalau dilihat sepintas perkembangan Kebun Binatang Surabaya sangat baik dan pantas untuk dibanggakan sebagai obyek wisata di Jawa Timur dan di Surabaya pada khususnya.
Aneka Binatang yang bertebaran hidup dibumi adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan bermanfaat bagi manusia dan keseimbangan alam sebagai sifat pengejahwantahan sifat Maha Pemurah dan Maha Pengasih dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh ciptaanNya.
KBS Didirikan berdasar SK Gubernur Jenderal Belanda tanggal 31 Agustus 1916 No. 40, dengan nama “Soerabaiasche Planten-en Dierentuin” (Kebun Botani dan Binatang Surabaya) atas jasa seorang jurnalis bernama H.F.K. Kommer yang memiliki hobi mengumpulkan binatang.  Dari segi  finansial H.F.K Kommer mendapat bantuan dari beberapa orang yang mempunyai modal cukup.
Lokasi KBS yang pertama di Kaliondo, pada tahun 1916, kemudian pada tanggal 28 September 1917 pindah di jalan Groedo.  Dan pada tahun 1920 pindah ke daerah Darmo untuk areal kebun binatang yang baru atas jasa OOST-JAVA STOOMTRAM MAATSCHAPPIJ atau Maskapai Kereta Api yang mengusahakan lokasi seluas 30.500 m2.
Sejarah Museum Kesehatan Pada tahun 1980-an Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah memprakarsai berdirinya “Museum Kesehatan” yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibuka oleh Presiden Soeharto. Sarana gedung cukup luas, tetapi isinya belum ada kecuali sebuah prasasti pembukaan.
Rasanya keberadaan Museum Kesehatan di Indonesia tidak dapat ditunda-tunda lagi dan oleh karena itu Puslitbang Yankes yang sangat berkepentingan di bidang informasi memberanikan diri untuk memulai mengumpulkan bahan-bahan untuk isi museum. Tahap I berangkat dengan membuat museum intern Puslitbang Yankes pada permulaan tahun 1990 an berupa barang-barang lama yang mau dihapus, kemudian berkembang menjadi museum khusus kesehatan yang bersifat lebih nasional.
Pada waktu itu kegiatan dimulai tanpa surat keputusan oleh para suka-relawan tanpa anggaran yang resmi dan barang-barangnya berasal dad sumbangan para dermawan ditambah dengan oleh-oleh dari para peneliti sewaktu pulang dari penelitian di lapangan yang meliputi seluruh Indonesia.
Perkembangan Museum Kesehatan Surabaya kurang pesat karena pada umumnya jarang orang yang tertarik pada permuseuman. Untuk mempercepat perkembangan ini, harus dibuat hubungan dengan museum-museum lain minimal yang ada di Surabaya untuk perkenalan dan pembinaan.
Dari pihak Depdikbud telah mendapat tanggapan yang positif dengan cara diikutsertakannya Museum Kesehatan Surabaya pada acara¬acara yang dilaksanakan oleh museum-museum baik lokal maupun Nasional disamping kunjungan dari Kanwil Depdikbud Jawa Timur maupun Direktorat Permuseuman Pusat. Sesudah ikut serta di jaringan Permuseuman Surabaya, Museum Kesehatan Surabaya bukan hanya menunggu pengunjung (tercatat 3 menteri kesehatan Indonesia, Menteri Kesehatan Malaysia, Menteri Kependudukan, Menteri Perhubungan dan Menteri Pangan dan Gizi) tetapi juga ikut pameran keluar dari Puslitbang Yan Kes. Secara formal. Surat Keputusan mengenai Museum Kesehatan Surabaya baru terbit pada tahun 1998 oleh Puslitbang Yankes sebagai bagian dari Sub Bidang Dokumentasi Publikasi Puslitbang Yankes.
Karena kegiatan permuseuman belum ada pada struktur organ Dep. Kes, maka untuk pembiayaan dibebankan pada anggaran rutin yang tidak banyak dan sebaliknya dikelola secara mandiri baik dari pengunjung maupun dermawan. Dalam Museum Kesehatan ini juga terdapat perpustakaan kecil yang berisi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permuseuman berupa majalah, buku, video maupun kaset.

Koleksi Museum Kesehatan Surabaya Penataan barang koleksi pada saat sekarang belum menggunakan pola yang baku karena standar pola yang terdapat pada museum umum dirasa kurang sesuai dan harus mencari pola sendiri, terutama mengenai koleksi yang mempunyai kekuatan magis. Pameran keluar ditata sesuai dengan tujuan dan keadaan setempat, dapat mandiri atau digabung dengan koleksi museum lain. Khusus mengenai pengobatan tradisional, kecuali pada Museum Kesehatan Surabaya, dapat pula dijumpai pada masing-masing laboraturium yaitu Obat Tradisional, Akupuntur dan Tenaga Dalam.



Komentar

Postingan Populer