Hubungan Antara Walisongo dan Kerajaan Demak

Hubungan Antara Walisongo dan Kerajaan Demak

Masjid Agung Demak

Walisongo

Pada awalnya, Kesultanan Demak berusaha membangun legitimasi pemerintahannya terutama untuk mengantisipasi tumbuhnya kekuatan - kekuatan di pedalaman dan wilayah - wilayah tetangga yang tidak secara tulus mengakui kekuasaan Demak. Oleh karena itu, Kesultanan Demak merangkul Walisongo dalam hubungan yang saling mendukung. Kesultanan Demak mendapatkan legitimasi sebagai kesultanan yang sah yang merupakan penerus Majapahit. Sementara Walisongo mendapatkan dukungan dari penguasa / Demak dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa

Masjid agung Demak sebagai lambang kekuasaan bercorak  adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak Bintoro. Kegiatan Walisongo yang berpusat di masjid itu. Di sanalah tempat kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.

Masjid Demak didirikan oleh Walisongo secara bersama-sama. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang di tandai oleh candrasengkala Lawang Trus Gunaning Janma, sedangkan pada gambar bulus yang berada di mihrab Masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri pada tahun 1479.

Jadi, masjid Agung Demak menjadi pusat kegiatan kerajaan Islam pertama di Jawa. Bangunan ini juga dijadikan markas para wali untuk mengadakan Sekaten. Pada upacara Sekaten, di bunyikanlah gamelan dan rebana di depan serambi masjid, sehingga masyarakat berduyun-duyun mengerumuni dan memenuhi depan gapura. Lalu para wali mengadakan semacam pengajian akbar, hingga rakyat pun secara sukarela dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat. Cepatnya kota Demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak. Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah Islam ke seluruh Jawa. Jadi,  Walisongo Yang Berjasa Dalam Perkembangan  Kerajaan Demak